Assalamualaikum, berharap kamu yang lagi baca tulisan ini dalam keadaan sehat ya, sip lah, sehat, semangat selalu apapun yang terjadi kan?.
Sekarang ini, hampir semua aktifitas kita tak lepas dari keterkaitannya dengan era digtal yang memang sedang kita alami.
Apa sih sekarang yang lepas dari cara digital? apa yang terjadi di belahan bumi lain sana, yang mungkin nggak kejangkau sama kita, bisa kita saksikan saat itu juga. Dunia yang mengglobal inipun karena teknologi digital.
Bagaimana dengan Indonesia? sama saja, Indonesia mau nggak mau, suka enggak suka juga berada dalam arus perubahan ini, tranformasi digital memang tidak bisa dihindari.
Perkembangan digital di Indonesia cukup pesat, bisa kita lihat banyaknya startup lahir dan tumbuh, dan berkembang menjadi unicorn.
Di sisi lain, pemerintah juga menyiapkan dengan matang, ekosistem yang akan mendukung keberadaan unicorn-unicorn tersebut. Bahkan menurut Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa diprediksi pada tahun 2025 ekonomi digital Indonesia tumbuh empat kali lipat dengan nilai USD 240 miliar.
Kita lihat negeri kita yang tidak hanya memiiki sumber daya alam yang melimpah, tapi dengan jumlah penduduk yang besar ( 265 juta ) tentunya merupakan pasar potensial bagi berbagai macam produk dunia.
Diantaranya adalah produk digital yang menjadikan Indonesia sebagai pasar mereka, baik produk software maupun hardware, dengan segala turunannya.
Obrolan dengan tema perkembangan digital selalu menarik, hal ini pula yang menjadi tema diskusi media FMB 9 pada hari Jumat 20 Desember 2019 dengan tajuk "Transformasi digital, untung atau buntung?".
Hadir sebagai nara sumber adalah bapak Oktorialdi yaitu Staf Ahli Menteri Bidang Kewilayahan dan Pemerataan Bappenas, Ketua Sekretariat DNKI Iskandar Simorangkir, Wakil dari kementerian Ketenagakerjaan dan pengamat pendidikan Darmaningtyas.
Sebagai penyelenggara negara, pemerintah dituntut mendorong tumbuhnya ekosistem digital, dan siap menyambut pertumbuhan ekonomi digital. Bagaimana dengan mereka yang memiliki keunggulan, siapkah memberdayakan perubahan teknologi ini? sejauh mana manfaat bagi masyarakat?.
Perkembangan teknologi digital memersempit kesenjangan informasi, namun di sisi lain menciptakan kopmetitor-kompetitor di level internasional. Idealnya Indonesia bisa meningkatkan daya saing global.
Caranya adalah dengan pemberdayaan dan pengayaan akan pemahaman digital, agar mampu bersaing di era ekonomi digital seperti sekarang ini.
Saat ini, sekitar 30 juta orang Indonesia bekerja terkait dengan sekor e-commerce dan peberdayaan potensi perempuan Indonesia.
Perubahan yang sangat terasa dampaknya bagi masyarakat, adalah banyaknya rusahaan yang berbasis aplikasi digital. Kita rasakan bagaimana marak tumbuh toko-toko online yang besar seperti Tokopedia misalnya, atau jasa transportasi berbasis aplikasi seperti Gojek.
Bahkan menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bapak Wishnutama, ekonomi kreatif ( ekraf ) memiliki lingkup dan potensi besar jika digarap maksimal. Ekraf harus bisa dirasakan hingga pedesaan hingga kota kecil.
Menurut Wishnutama juga, bahwa melalui pariwisata, ekonomi kretaif bisa dirasakan dan akan menumbuhkan kesejahteraan.
Ke depan mash dibutuhkan terus edukasi bagi masyarakat bagaimana memanfaatkan perkembangan teknologi digital dengan menjadi manusia yang produktif. Bukan hanya menjadi konsume saja dalam perkembangan digital.
Negara diharapkan terus enyediakan support sistem, sehingga ekonomi digital terus tumbuh dan berkembang di tengah persaingan global.
Sekarang ini, hampir semua aktifitas kita tak lepas dari keterkaitannya dengan era digtal yang memang sedang kita alami.
Apa sih sekarang yang lepas dari cara digital? apa yang terjadi di belahan bumi lain sana, yang mungkin nggak kejangkau sama kita, bisa kita saksikan saat itu juga. Dunia yang mengglobal inipun karena teknologi digital.
Bagaimana dengan Indonesia? sama saja, Indonesia mau nggak mau, suka enggak suka juga berada dalam arus perubahan ini, tranformasi digital memang tidak bisa dihindari.
Perkembangan digital di Indonesia cukup pesat, bisa kita lihat banyaknya startup lahir dan tumbuh, dan berkembang menjadi unicorn.
Di sisi lain, pemerintah juga menyiapkan dengan matang, ekosistem yang akan mendukung keberadaan unicorn-unicorn tersebut. Bahkan menurut Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa diprediksi pada tahun 2025 ekonomi digital Indonesia tumbuh empat kali lipat dengan nilai USD 240 miliar.
Kita lihat negeri kita yang tidak hanya memiiki sumber daya alam yang melimpah, tapi dengan jumlah penduduk yang besar ( 265 juta ) tentunya merupakan pasar potensial bagi berbagai macam produk dunia.
Diantaranya adalah produk digital yang menjadikan Indonesia sebagai pasar mereka, baik produk software maupun hardware, dengan segala turunannya.
Obrolan dengan tema perkembangan digital selalu menarik, hal ini pula yang menjadi tema diskusi media FMB 9 pada hari Jumat 20 Desember 2019 dengan tajuk "Transformasi digital, untung atau buntung?".
Hadir sebagai nara sumber adalah bapak Oktorialdi yaitu Staf Ahli Menteri Bidang Kewilayahan dan Pemerataan Bappenas, Ketua Sekretariat DNKI Iskandar Simorangkir, Wakil dari kementerian Ketenagakerjaan dan pengamat pendidikan Darmaningtyas.
Paradigma baru
Perkembangan teknologi digital yang pesat tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi berbagai kalangan untuk meresponnya dengan perubahan paradigma. Baik dari pemerintah, para pelaku usaha maupun masyarakat luas.Sebagai penyelenggara negara, pemerintah dituntut mendorong tumbuhnya ekosistem digital, dan siap menyambut pertumbuhan ekonomi digital. Bagaimana dengan mereka yang memiliki keunggulan, siapkah memberdayakan perubahan teknologi ini? sejauh mana manfaat bagi masyarakat?.
Perkembangan teknologi digital memersempit kesenjangan informasi, namun di sisi lain menciptakan kopmetitor-kompetitor di level internasional. Idealnya Indonesia bisa meningkatkan daya saing global.
Caranya adalah dengan pemberdayaan dan pengayaan akan pemahaman digital, agar mampu bersaing di era ekonomi digital seperti sekarang ini.
Saat ini, sekitar 30 juta orang Indonesia bekerja terkait dengan sekor e-commerce dan peberdayaan potensi perempuan Indonesia.
Perubahan yang sangat terasa dampaknya bagi masyarakat, adalah banyaknya rusahaan yang berbasis aplikasi digital. Kita rasakan bagaimana marak tumbuh toko-toko online yang besar seperti Tokopedia misalnya, atau jasa transportasi berbasis aplikasi seperti Gojek.
Bahkan menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bapak Wishnutama, ekonomi kreatif ( ekraf ) memiliki lingkup dan potensi besar jika digarap maksimal. Ekraf harus bisa dirasakan hingga pedesaan hingga kota kecil.
Menurut Wishnutama juga, bahwa melalui pariwisata, ekonomi kretaif bisa dirasakan dan akan menumbuhkan kesejahteraan.
Ke depan mash dibutuhkan terus edukasi bagi masyarakat bagaimana memanfaatkan perkembangan teknologi digital dengan menjadi manusia yang produktif. Bukan hanya menjadi konsume saja dalam perkembangan digital.
Negara diharapkan terus enyediakan support sistem, sehingga ekonomi digital terus tumbuh dan berkembang di tengah persaingan global.
Waalaikumsalam kak, memang pemerintah harus mendukung para pengusaha digital agar Indonesia maju, tentunya undang-undang juga di permudah tapi jangan merugikan pemerintah dan masyarakat juga sih
BalasHapus