"Eeeeh...., keinjeeek tauuuu!!", jeritan melengking terdengar dari pojok belakangku. Disusul jawaban :"maaf buu.., maaf", "sakit tau!!", masih dengan nada marah, terdengar dari suara ibu yang mungkin terinjak kakinya oleh penumpang lain.
Lalu, sepanjang perjalanan commuter line, si ibu yang terinjak tadi menggerutu panjang lebar, heheh. Beberapa penumpang menyahuti :"kalau nggak mau desak-desakan naik taxi aja buuk".
Sumber gambar: bisnis Liputan6.com
Lain cerita lagi, waktu aku naik dari stasiun Bogor. Menjelang memasuki stasiun Citayam, beberapa penumpang perempuan saling berbisik :"jagain pintu, jangan boleh masuk, udah full nih".
Aku lirik memang beberapa penumpang bergeser ke arah pintu, lalu badan mereka menghalangi pintu. Aku tersenyum saja dalam hati. Tapi apakah memenuhi pintu kereta menghalangi calon penumpang?.
Tentu saja tidak, karena memang semua berlomba untuk bisa naik kereta, dan tiba di tempat kerja tepat pada waktunya. Kondisi sepenuh apapun kereta, tak membuat surut mereka yang memang setiap hari menggunaakn kereta sebagai angkutan dari rumah ke tempat kerja.
Sampai stasiun Manggarai, muncul kejadian lagi, seperti tadi, para perempuan yang berdiri berdesakan teriak kenceng :"Udah penuuuh woiii, jangan maksain naik". Benar juga, memang kereta sangat penuh, berdiri berdesakan, saling himpit.
Penumpang yang mau naik juga teriak nggak kalah kencang:" Udah, yang di dalam diem kenapa?, sama-sama cari makan ini.". Saling teriak kencang, itu yang terjadi. Mereka yang di dalam kereta karena sudah nggak bisa gerak sama sekali memang mungkin keberatan kalau masih ada penumpang masuk.
Sementara, yang berada di luar, juga sudah didesak waktu agar segera sampai di tempat kerja mereka, jadi sepenuh apapun kereta, tetap saja mereka memaksakan diri masuk.
Makanya, antara kasihan dan prihatin, ketika beberapa hari yang lalu membaca di situs Kumparan.com bagaimana Nurul yang sedang berada di commuter line gerbong khusus wanita, ditampar seorang ibu.
Gerbong khusus wanita memang disediakan oleh PT KAI untuk wanita pengguna jasa commuter line Jabodetabek. Mungkin karena pengguna kereta wanita dianggap akan merasa lebih nyaman dan lebih aman berada di gerbong khusus.
Gerbong khusus perempuan
Mau berdesakan sepadat apapun penumpangnya, tak akan ada resiko berdesakan dengan lawan jenis yang pastinya bikin kita risih dan nggak nyaman banget tuh.
Kejadian yang menimpa perempuan bernama Nurul yang ditampar penumpang lain, membuat kisah-kisah di gerbong perempuan menjadi rame lagi diperbincangkan di media sosial.
Dahulu ada yang mengatakan padaku kalau gerbong perempuan sebenarnya justru gerbong yang ganas. Bener, istilah yang digunakan itu, ganas, duuh kaya apa aja, ganas.
Seganas apa? aku pernah tanya sama kenalanku, "eh Ta, bener nggak katanya gerbong perempuan itu ganas? "Iya, emang, aku pernah nendang ibu-ibu, yang maksa mau naik gerbong." "Nah, serius? tanyaku". "Lalu? kasihan dong". Lanjutku. "Biarin, habis maksa sih". Kata kawanku
Lalu, beberapa waktu lalu juga muncul video yang jadi viral, bagaimana antar penumpang perempuan yang berkelahi, bahkan saling jambak berebut kursi, ya, rebutan kursi.
Justru sesama perempuan itulah mungkin yang menyebabkan ada semacam 'persaingan', siapa cepat dia dapat, dalam hal duduk di kursi. kenapa harus mempertahankan kursi, bahkan kalau perlu berkelahi? karena untuk bisa duduk di kursi pada jam kerja, adalah sebuah perjuangan maha berat bagi perempuan, yang fisiknya cenderung lembut.
Jadi, kenapa harus dikasihkan orang lain, kalau aku mendapatkan dengan susah payah?, mungkin begitu jalan pikiran yang ada.
Memang, menggunakan commuter line pada saat jam kerja, jam karyawan berangkat kerja maupun pulang kerja, membutuhkan perjuangan tersendiri, pun di stasiun pemberangkatan.
Beberapa kali naik commuter line, memang aku sering menemukan insiden-insiden kecil, pertengkaran kecil antar penumpang. Beruntunglah aku karena belum pernah menjumpai kejadian yang ekstrim, hehe.
Dalam situasi saling berdesakan begitu, lebih enak dibawa santai, tertawa dalam hati sama situasi yang ada, itu bikin rileks, hati lebih enak.
Marah dan bersungut-sungut tak akan membuat gerbong jadi lapang, hehe, mending santai, ajak senyum kanan kiri, ngobrol sedikit dua dikit, itu lebih enak.
Sebagian penumpang memang terkadang tidak mau berbagi kepedulian, bahkan terhadap penumpang masuk kategori prioritas seperti penumpang lansia, ibu hamil, penyandang disabilitas, ibu membawa anak.
Bahkan kursi untuk penumpang yang diprioritaskan sering diduduki saja jika dalam keadaan kosong. Berbeda dengan di luar negeri, sekalipun kosong, penumpang tak akan menggunakan kursi itu.
Bahkan ada kawan yang lebih memilih duduk di gerbong campur dengan alasan, dia sebel, karena kalau sudah duduk ada penumpang yang lebih membutuhkan dia harus kasihkan kursinya. Sementara kalau di gerbong campur, dia malah akan dikasih kursi untuk duduk, nah lho.
Lalu, beberapa waktu lalu juga muncul video yang jadi viral, bagaimana antar penumpang perempuan yang berkelahi, bahkan saling jambak berebut kursi, ya, rebutan kursi.
Suasana gerbong wanita pada jam pulang kerja
Sesama perempuan
Justru sesama perempuan itulah mungkin yang menyebabkan ada semacam 'persaingan', siapa cepat dia dapat, dalam hal duduk di kursi. kenapa harus mempertahankan kursi, bahkan kalau perlu berkelahi? karena untuk bisa duduk di kursi pada jam kerja, adalah sebuah perjuangan maha berat bagi perempuan, yang fisiknya cenderung lembut.
Jadi, kenapa harus dikasihkan orang lain, kalau aku mendapatkan dengan susah payah?, mungkin begitu jalan pikiran yang ada.
Memang, menggunakan commuter line pada saat jam kerja, jam karyawan berangkat kerja maupun pulang kerja, membutuhkan perjuangan tersendiri, pun di stasiun pemberangkatan.
Beberapa kali naik commuter line, memang aku sering menemukan insiden-insiden kecil, pertengkaran kecil antar penumpang. Beruntunglah aku karena belum pernah menjumpai kejadian yang ekstrim, hehe.
Dalam situasi saling berdesakan begitu, lebih enak dibawa santai, tertawa dalam hati sama situasi yang ada, itu bikin rileks, hati lebih enak.
Marah dan bersungut-sungut tak akan membuat gerbong jadi lapang, hehe, mending santai, ajak senyum kanan kiri, ngobrol sedikit dua dikit, itu lebih enak.
Sebagian penumpang memang terkadang tidak mau berbagi kepedulian, bahkan terhadap penumpang masuk kategori prioritas seperti penumpang lansia, ibu hamil, penyandang disabilitas, ibu membawa anak.
Bahkan kursi untuk penumpang yang diprioritaskan sering diduduki saja jika dalam keadaan kosong. Berbeda dengan di luar negeri, sekalipun kosong, penumpang tak akan menggunakan kursi itu.
Bahkan ada kawan yang lebih memilih duduk di gerbong campur dengan alasan, dia sebel, karena kalau sudah duduk ada penumpang yang lebih membutuhkan dia harus kasihkan kursinya. Sementara kalau di gerbong campur, dia malah akan dikasih kursi untuk duduk, nah lho.
Sebenarnya semuanya kembali pada watak manusianya juga. Ada yang memang mudah peduli sama orang yang lebih membutuhkan, sehingga dengan senang hati berbagi pada yang lain.
Ada yang merasa sudah 'berjuang' mendapatkan kursi dengan susah payah, dengan berkeringat, berebut, dan badan sedang letih bekerja seharian, mungkin merasa, mendapatkan kursi itu imbalan yang layak baginya.
Sejatinya tidak 'seganas' dan 'menyeramkan' begitu, sesekali saja ada kejadian-kejadian yang ekstrim. Meskipun tidak semua perempuan lemah lembut dan penyayang, tapi gerbong khusus perempuan bagiku masih yang paling aman dan nyaman.
Berbagai cerita yang selalu ada di gerbong wanita, bagiku menjadi romantika tersendiri yang mewarnai sebuah gaya hidup perkotaan.
Ada yang merasa sudah 'berjuang' mendapatkan kursi dengan susah payah, dengan berkeringat, berebut, dan badan sedang letih bekerja seharian, mungkin merasa, mendapatkan kursi itu imbalan yang layak baginya.
Sejatinya tidak 'seganas' dan 'menyeramkan' begitu, sesekali saja ada kejadian-kejadian yang ekstrim. Meskipun tidak semua perempuan lemah lembut dan penyayang, tapi gerbong khusus perempuan bagiku masih yang paling aman dan nyaman.
Berbagai cerita yang selalu ada di gerbong wanita, bagiku menjadi romantika tersendiri yang mewarnai sebuah gaya hidup perkotaan.
Dalam kendaraan umum seperti ini bisa melihat watak seseorang apakah memiliki rasa iba atau tidak ketika melihat yang tidak duduk ya mbak, saya sih belum pernah naik comuterline dan berdesakan seperti ini. Tapi dengan adanya gerbong wanita seharusnya lebih nyaman yah
BalasHapus