Bagi survivor kanker sepertiku, memikirkan kesehatan menjadi hal yang paling penting dalam hidup. Berusaha memilih apa yang masuk ke dalam badan, menjadi prioritas dibandingkan dengan sekedar memanjakan lidah dengan sensasi rasa.
Mungkin sudah sangat banyak pembahasan mengenai berbagai macam pola makan sehat, tulisan ini hanya sekedar berbagi pengalaman pribadi, semoga bermanfaat.
Meskipun belum sempurna, aku berusaha mengkonsumsi makanan yang sehat, terutama kalau berada di rumah. kalau sudah berada diluar rumah, misalnya ada acara keluarga, acara bersama sahabat dan laiinya, tentu kita harus menyesuaikan pada kondisi dan situasi yang ada. Mungkin kadang-kadang kita bisa memilih sesuai kemauan kita, namun bagaimanapun makan diluar rumah, bukan kita yang memegang kendalinya.
Sudah cukup lama aku mengkonsumsi nasi beras merah, terutama sejak menjalani operasi. Di lingkungan keluarga, hanya aku saja yang mau makan nasi merah, baik sejak tinggal bersama kakakku, maupun setelah menikah dan tinggal dengan suami dan mertua.
Keponakanku malah kalau aku pas makan nasi merah, sering nyeletuk, "iih bude makan belatung, hehehe. Kujawab saja dengan bercanda" Iya nih, tapi belatung sehat".
Agar terasa enak, aku mengolah nasi merah dengan sederhana. Dimasak dengan air sedikit lebih banyak dibandingkan menanak beras putih, kutambahkan garam dan daun salam atau daun pandan. Kecuali jika ada waktu yang longgar, aku mengolahnya dengan berbagai tambahan dan bervariasi.
Dahulu, aku campur dengan beras hitam yang memiliki karakter agak lengket seperti ketan dan beraromna wangi. Kalau dicampurkan maka akan menjadi paduan yang pas, tidak terlalu kaku dan tidak terlalu lengket, pulen dan wangi
Selain nasi merah, aku berusaha semaksimal mungkin mengurangi bahkan meminimalkan asupan lemak ke dalam badan, apalagi di pagi hari. hal ini tak mudah bagiku, karena keluargaku sekarang penggemar cemilan gorengan, dimana setiap pagi sudah biasa membuka hari dengan gorengan.
Karena memasak di rumah adalah tugasku, maka aku hampir tiap pagi menggoreng makanan, entah mendoan, tahu crispy, bakwan jagung, pisang goreng, martabak telur dll. Apa saya tidak kepengin? Tentu saja kepengin, tapi aku kendalikan keinginan itu.
Kalau tokh harus memakan gorengan, aku makan sepotong, itupun tidak di pagi hari.
Pagi hari, aku memilih untuk minum air hangat dan perasan jeruk, lalu berusaha hanya makan buah saja sampai saat makan siang datang.
Beras merah, kalau dimasak akan kaku, dan aromanya juga tidak ada. Sementara beras hitam, berasnya cenderung mirip ketan, lengket, beraroma daun pandan. Kalau dicampur akan menjelma menjadi nasi yang pulennya pas dan harum.
Selain itu, saat ini aku sudah tidak kepengin lagi makan mie instan, dan memang aku bukan penggemar mie instan. Kalaupun tiba-tiba aku merasa lapar dan kebetulan tak ada lauk, aku memilih makan dengan nasi kuberi kecap.
Bahkan melihat banyaknya pedagang mie dan bakso di kota Bogor, yang semuanya selalu laris dan sampai antri, aku justru merasa mblenger, sangat tidak kepengin.
Meskipun aku mengakui, pola makanku belumlah sesehat yang seharusnya, karena kebanyakan makanan yang berat di tubuh adalah makan enak.
Apakah berarti aku sudah mati rasa terhadap makanan enak, gurih, dan manis? Oh tentu tidak, aku masih menyukai dan masih suka juga sekali-sekali menikmati makanan yang enak.
Aku juga memperoleh masukan yang sederhana tetapi benar dari seorang dokter umum waktu aku periksa kesehatan.
Kata dokter itu, bahwa organ di dalam tubuh sudah bekerja mulai orang baru dilahirkan dan terus bekerja sepanjang waktu, sesuai usia orang yang bersangkutan.
Maka bayangkan, betapa berat beban kerja organ dalam tubuh dan semakin lama fungsinya tentu semakin menurun.
Jika sewaktu muda bebas menikmati makanan dan minuman apa saja, alangkah baiknya jika usia semakin bertambah, "mesin" dalam tubuh disayang dan dipelihara dengan baik. Salah satu caranya agar mesin dalam tubuh diringankan kerjanya adalah dengan cara mengkonsumsi makanan yang tidak memberatkan kerja "mesin". Apa itu? salah satunya lemak dan karbohidrat yang kurang diimbangi dengan asupan buah dan sayuran.
Maka aku mencoba menanamkan ke dalam diriku, bahwa kini saatnya tidak memikirkan kenikmatan lidah yang hanya beberapa menit saja. Sudah saatnya, saat makan tujuan utama adalah untuk memelihara organ dalam tubuh, karena organ adalah faktor penentu kesehatan badan, dan kesehatan organ ditentukan oelh apa yang kita makan.
Bukan berarti menjauhi kenikmatan lidah, bukan. Melainkan bagaimana kita membuat prioritas untuk kesehatan badan kita sendiri.
Selain jenis makanan, waktu makan yang tepatpun harus juga difkirkan dan dipelajari, karena makanpun perlu belajar dengan benar.
Mungkin sudah sangat banyak pembahasan mengenai berbagai macam pola makan sehat, tulisan ini hanya sekedar berbagi pengalaman pribadi, semoga bermanfaat.
Meskipun belum sempurna, aku berusaha mengkonsumsi makanan yang sehat, terutama kalau berada di rumah. kalau sudah berada diluar rumah, misalnya ada acara keluarga, acara bersama sahabat dan laiinya, tentu kita harus menyesuaikan pada kondisi dan situasi yang ada. Mungkin kadang-kadang kita bisa memilih sesuai kemauan kita, namun bagaimanapun makan diluar rumah, bukan kita yang memegang kendalinya.
Sudah cukup lama aku mengkonsumsi nasi beras merah, terutama sejak menjalani operasi. Di lingkungan keluarga, hanya aku saja yang mau makan nasi merah, baik sejak tinggal bersama kakakku, maupun setelah menikah dan tinggal dengan suami dan mertua.
Nasi merah dan lauk pauk
Kenapa kebanyakan orang enggan mengkonsumsi nasi merah? jawabannya selalu, nasi merah itu kaku, tidak enak, sepa dan lainya.Keponakanku malah kalau aku pas makan nasi merah, sering nyeletuk, "iih bude makan belatung, hehehe. Kujawab saja dengan bercanda" Iya nih, tapi belatung sehat".
Agar terasa enak, aku mengolah nasi merah dengan sederhana. Dimasak dengan air sedikit lebih banyak dibandingkan menanak beras putih, kutambahkan garam dan daun salam atau daun pandan. Kecuali jika ada waktu yang longgar, aku mengolahnya dengan berbagai tambahan dan bervariasi.
Dahulu, aku campur dengan beras hitam yang memiliki karakter agak lengket seperti ketan dan beraromna wangi. Kalau dicampurkan maka akan menjadi paduan yang pas, tidak terlalu kaku dan tidak terlalu lengket, pulen dan wangi
Selain nasi merah, aku berusaha semaksimal mungkin mengurangi bahkan meminimalkan asupan lemak ke dalam badan, apalagi di pagi hari. hal ini tak mudah bagiku, karena keluargaku sekarang penggemar cemilan gorengan, dimana setiap pagi sudah biasa membuka hari dengan gorengan.
Karena memasak di rumah adalah tugasku, maka aku hampir tiap pagi menggoreng makanan, entah mendoan, tahu crispy, bakwan jagung, pisang goreng, martabak telur dll. Apa saya tidak kepengin? Tentu saja kepengin, tapi aku kendalikan keinginan itu.
Kalau tokh harus memakan gorengan, aku makan sepotong, itupun tidak di pagi hari.
Pagi hari, aku memilih untuk minum air hangat dan perasan jeruk, lalu berusaha hanya makan buah saja sampai saat makan siang datang.
Nasi beras hitam
Selain gorengan, aku juga mengurangi masakan bersantan. kalau dahulu hampir setiap hari masakan harus bersantan, saat ini seminggu sekali atau mungkin dua kali. Beras merah, kalau dimasak akan kaku, dan aromanya juga tidak ada. Sementara beras hitam, berasnya cenderung mirip ketan, lengket, beraroma daun pandan. Kalau dicampur akan menjelma menjadi nasi yang pulennya pas dan harum.
Selain itu, saat ini aku sudah tidak kepengin lagi makan mie instan, dan memang aku bukan penggemar mie instan. Kalaupun tiba-tiba aku merasa lapar dan kebetulan tak ada lauk, aku memilih makan dengan nasi kuberi kecap.
Bahkan melihat banyaknya pedagang mie dan bakso di kota Bogor, yang semuanya selalu laris dan sampai antri, aku justru merasa mblenger, sangat tidak kepengin.
gorengan enak
Aku hanya merasakan, saat aku banyak makan nasi putih, setiap selesai makan, aku sering masih nambah, bukan karena masih lapar, bahkan keinginan ngemil selalu datang dengan kencang. Namun saat aku makan nasi merah, selain merasa sudah mencukupi lambung, keinginan untk ngemil jajananpun juga tidak ada. Bisa saja apa yang aku rasakan ini sugesti dan bersifat subyektif, tetapi badan rasanya menjadi ringan.Meskipun aku mengakui, pola makanku belumlah sesehat yang seharusnya, karena kebanyakan makanan yang berat di tubuh adalah makan enak.
Apakah berarti aku sudah mati rasa terhadap makanan enak, gurih, dan manis? Oh tentu tidak, aku masih menyukai dan masih suka juga sekali-sekali menikmati makanan yang enak.
Aku juga memperoleh masukan yang sederhana tetapi benar dari seorang dokter umum waktu aku periksa kesehatan.
Kata dokter itu, bahwa organ di dalam tubuh sudah bekerja mulai orang baru dilahirkan dan terus bekerja sepanjang waktu, sesuai usia orang yang bersangkutan.
Maka bayangkan, betapa berat beban kerja organ dalam tubuh dan semakin lama fungsinya tentu semakin menurun.
Jika sewaktu muda bebas menikmati makanan dan minuman apa saja, alangkah baiknya jika usia semakin bertambah, "mesin" dalam tubuh disayang dan dipelihara dengan baik. Salah satu caranya agar mesin dalam tubuh diringankan kerjanya adalah dengan cara mengkonsumsi makanan yang tidak memberatkan kerja "mesin". Apa itu? salah satunya lemak dan karbohidrat yang kurang diimbangi dengan asupan buah dan sayuran.
Maka aku mencoba menanamkan ke dalam diriku, bahwa kini saatnya tidak memikirkan kenikmatan lidah yang hanya beberapa menit saja. Sudah saatnya, saat makan tujuan utama adalah untuk memelihara organ dalam tubuh, karena organ adalah faktor penentu kesehatan badan, dan kesehatan organ ditentukan oelh apa yang kita makan.
Bukan berarti menjauhi kenikmatan lidah, bukan. Melainkan bagaimana kita membuat prioritas untuk kesehatan badan kita sendiri.
Selain jenis makanan, waktu makan yang tepatpun harus juga difkirkan dan dipelajari, karena makanpun perlu belajar dengan benar.
Saya lagi berusaha membiasakan makan nasi merah nih Mba :)
BalasHapusItu tahu gorengnya enak banget .....garing2 kopong gitu yummm....
BalasHapusaku seorang lacto-vegetarian, tak makan semua jnis hewan termasuk telur, baik yang dibuahi atau tidak. Dari hewan aku cuma makan/menium susu dan produk turunannya seperti keju, dan madu.
Aku suka nasi dari beras merah, tapi tak terlalu khusus. Artinya kalau ketemu ya makan kalau tidak ya makan nasi putih.
Waktu makan sedang menirukan kebiasaan Bikku dan ummat Budha. Yakti makan dua kali sehari pada jam 05:30-06:00 dan antara 11:30-12:00. Tidak makan malam kecuali jus, teh manis atau kopi plus cemilan seperti pisang goreng atau buah.
Wah suka sekali artikelnya mak... terima kasih sudah berbagi dan mengingatkan bahwa kita harus punya asupan makanan sehat, dan tidak hanya enak di lidah. Hehe... Salut punya niatan kuat untuk makan makanan sehat mak...gak mudah itu..two thumbs up.. semoga lanjut terus..
BalasHapusSharing dikit, saya akhir akhir ini lagi bermasalah dengan pencernaan, terutama keluhan asam lambung yang tiba tiba muncul. Saya baca beberapa artikel, ternyata bisa dikurangi dengan mengurangi makanan berlemak (aduh..ini termasuk gorengan :( ), makanan yang pedas dan mengunyah dengan baik. Semoga saya cukup disiplin seperti mak ya. :)
Belajar cara makan yang sehat itu memang penting, ya. Tidak perlu menunggu sampai sakit dulu :)
BalasHapusYa, Mbak. Udah nambah umur kayak kita, ciee kita :D emang harus mengubah pola makan. FC jugakah? saya lagi belajar hihiii, tapi suka kelewat aja minum air jeruk di pagi hari. Semangat, Mbak.
BalasHapusMau kembali makan nasi merah, ah. Uh, gorengan memang makanan yang paling menggoda untuk disantap. Dan paling mudah didapat :((
BalasHapusMak, sy di rmh konsumsi beras merah. Alhamdulillah ortu di Semarang skrg jg ikut2an makan nasi merah. Kesehatan itu kayak investasi ya.
BalasHapusmbaak.. belajar makan bener itu sulit deh, huhu
BalasHapus