" Penggunaan internet di Indonesia tidak sehat", begitu jawaban remaja dengan seragam SMP itu ketika ditanya seorang pengunjung tentang pendapatnya mengenai inetrnet di Indonesia.
Pernyataan remaja itu perlu direnungkan karena merupakan kritik bagi kita semua yang menjadi pengguna medsos, sejauh mana menilai apakah internet itu sehat atau tidak? sejauh mana medsos itu membahayakan atau tidak?.
Beberapa hal tersebut dibahas dalam acara diskusi publik dengan tema "Tapak Jalan Literasi Digital Anak Indonesia". Penyelenggaranya adalah KEMENKOMINFO yang bekerja sama dengan Indonesia Internet Governace Forum ( ID-IGF), Indonesia Child Online Protection ( ID-COP ) dan beberapa pemangku kepentingan terkait lainnya.
Acara diselenggarakan tanggal 24 Agustus 2017 bertempat di Gedung KEMENKOMINFO Jakarta.
Kepedulian pada anak dan remaja
Nara sumber pertama, bapak Samuel Abrijani Pangarepan, Dirjen aplikasi Informatika, yang memaparkan bahwa pada awal kehadirannya internet hanya dikenal dan digunakan oleh mereka yang merada pada posisi madani atau middle class, yaitu oleh mereka yang berada pada status sosial ekonomi menengah ke atas.
Namun perkembangan menunjukkan jika saat ini pengguna internet adalah juga anak-anak yang semestinya belum waktunya menjadi pengguna internet. Karena jika tanpa pendampingan maka internet hanya akan jadi sesuatu yang mungkin malah membahayakan anak.
Dilanjutkan oleh Ibu Valentina Ginting, Asdep Perlindungan Anak Dalam Situasi Darurat dan Pornografi, Kementerian Perempuan Pemberdayaan dan Perlindungan Anak, dan Ibu Maria Advianti, Komisioner KPAI.
Kedua ibu itu menyampaikan keprihatinan yang kurang lebih sama, betapa sekarang ini begitu mudahnya anak-anak mengakses informasi dari internet, nyaris tanpa kendala apapun, tanpa filter.
Terlebih sekarang ini banyaknya konten yang tidak layak diakses oleh remaja maupun anak-anak, seperti hoax, pornografi, konten sadis dan sebagainya.
Segala macam konten, termasuk konten negatif sudah melingkupi dunia anak-anak, dimana anak tidak menyadari sama sekali betapa banyak konten yang tak layak dilihat anak, dan konten yang akan membawa bahaya bagi anak.
Menurut mereka, peran serta orang tua sangat dibutuhkan agar bisa mendampingi anak-anaknya dalam menggunakan gawai dengan tepat. Orang tua juga dituntut memiliki pengetahuan yang cukup agar bisa memberikan informasi yang tepat yang dibutuhkan anak-anaknya.
Kekhawatiran akan tumbuh kembang anak yang berkaitan dengan penggunaan internet yang tidak membahayakan anak, ini menjadi landasan dibuatnya buku dengan judul PETA JALAN PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA DI INTERNET ( SEBUAH PENGANTAR ).
Nara sumber diskusi publik
Buku ini menjadi semacam panduan bagi para multistakeholder untuk memahami tatanan sejumlah kebijakan dan kondisi faktual untuk keselamatan anak khususnya dan generasi digital native pada umumnya di ranah maya.
Pembicara terakhir adalah sosialita muda yaitu Marsha Tengker yang aktif bergiat di Yayasan RAS Foundation. Sebuah yayasan yang mendedikasikan aktifitasnya untuk peduli pada anak-anak dan dunia maya.
Menurut Marsha Tengker, bahwa konten negatif bukannya hanya diblokir saja, karena pasti akan mudah muncul yang sejenis, namun marsha mengajak segenap masyarakat untuk selalu memproduksi konten-konten positif sebanyak mungkin.
Dengan memproduksi konten positif secara konsisten, maka akan mengimbangi konten buruk yang sekarang banyak beredar di dunia maya.
Di akhir acara, moderator yaitu Putra Nababan, memberikan stresing pada beberapa poin, yang intinya mengajak seluruh yang hadir berperan aktif menggunakan internet dengan baik dan mengedukasi orang-orang yang ada di dekatnya agar menggunakan internet dengan bijak dan cerdas.
Diharapkan dengan bijak dan cerdas menggunakan internet, maka akan meneguhkan karakter bangsa agar lebih kokoh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar