Pernahkan mengalami kepahitan? pernahkan merasa tak percaya pada kenyataan? kenapa harus mengalami kenyataan yang tidak diharapkan? Jika pernah? lalu apa yang dilakukan?.
Kehidupan ini tidak hanya berisi kebahagiaan dan kegembiraan, siapapun apsti pernah mengalami peristiwa pahit, buruk atau menyedihkan, siapapun dia. Kalau ada yang merasa selama hidupnya tak pernah mengalami kesedihan, mungkin belum pernah mengalami, atau bisa berbeda cara memandang saja.
Rasa sedih, rasa pahit menerima kenyataan yang tengah terjadi, karena kenyataan yang muncul tidak sesuai dengan harapan yang kita sematkan. Harapan yang kita letakkan, kita sandarkan ternyata terhempas, terbanting begitu kerasnya dan berbalik, berubah menjadi sebuah kenyataan yang sangat jauh dari keinginan kita.
Akupun pernah mengalami peristiwa yang demikian itu, dan bukan hanya sekali, namun berkali-kali. Sebut saja harus mendampingi orang tua yang sakit parah saat sudah diterima bekerja, akhirnya aku tidak bekerja. Lalu, adikku yang menikah terlebih dahulu, aku yang terkena tumor payudara ganas, masih banyak lagi.
Beruntunglah, tak lama kemudian aku sadar, bahwa aku harus segera mengambil langkah, menentukan tindakan.
Apakah mudah? tentunya tidak, namun keputusan bergerak dan bangkit dari kesedihan menjadi awal munculnya solusi-solusi baru.
Berada dalam situasi penyangkalan
Ketidaksiapan atau ketidakmenerimaan terhadap apa yang terjadi, apa yang dialami, selalu muncul pada awal kejadian. Bagaimana aku menangis sendirian di sebuah mushola usai dokter mengatakan bahwa aku mengidap tumor ganas.
Sambil menangis, muncul pertanyaan bertalu-talu dalam hati, kenapa aku? kenapa aku? bagaimana mungkin ini terjadi padaku? dan lainnya.
Aku bersyukur, situasi seperti itu tidak terlalu lama menghinggapi aku. Mungkin akan beda efeknya jika kejadian ini menimpaku saat aku masih kuliah dulu.
Memetik pengalamanku, aku mencoba memahami beberapa efek dari ketidaksiapan menerima situasi yang pahit dan menyakitkan ternyata bisa cukup buruk.
- Menolak kenyataan
Ya, tidak mudah menerima kenyataan menyakitkan dalam hidup, terlebih ketika hidup dalam kesendirian seperti yang aku alami dahulu. Bisa dipahami ketika yang muncul adalah menolak kenyataan. Apa yang lebih tidak nyaman selain menolak kenyataan? menyangkal fakta yang nyata-nyata bersama kita? - Marah
Marah itu yang akan terjadi, mulai marah pada diri sendiri, marah pada situasi, marah pada orang lain bahkan tak menutup kemungkinan marah kepada takdir yang sedang dihadapi, alias marah pada Tuhan. Ups jangan sampai terjadi dong ya, tapi bisa saja terjadi. Ada semacam perasaan yang tak tertanggungkan yang membuat kemarahan itu muncul. - Merasa hidup sendirian
Merasa seperti paling menderita, merasa hidup sendirian dan tidak punya kawan, itulah yang sering dirasakan oleh mereka yang sedang tertimpa kesulitan. Merasa tidak ada yang menghiraukan, dan akibatnya bisa saja akan menarik diri dari lingkungannya. - Merasa tidak bahagia
Iya lah, bagaimana mungkin akan merasakan bahagia jika merasakan kemarahan. Jika seseorang merasa tidak bahagia, maka akan dirasakan oleh lingkungan sekitarnya. Lingkungan sekitarnya juga pasti terkena imbas ketidakbahagiaan itu. - Tertekan
Tertekan? pastilah, tertekan oleh situasi batinnya sendiri jika tidak segera menyadari situasinya kemudian merubahnya menjadi lebih positif. Tentunya membutuhkan dukungan orang-orang terdekat, mintalah dukungan, untuk segera beranjak dari situasi buruk itu. - Sakit
Semua situasi buruk dalam batin, pasti akan berefek ke bodi. Biasanya seseorang yang sedang mengalami tekanan akan diikuti perubahan pola makan, pola tidur dan laiinya. Bisa menjadi tak mau makan sama sekali, atau sebaliknya menjadi banyak makan untuk melarikan rasa tertekan.
Tidur juga terganggu, bisa saja menjadi mengalami sulit tidur, atau sebaliknya tidur terus menerus.
Menerima takdir
Mungkin masih banyak efek lain dari sikap menolak kenyataan, namun intinya terus menerus menolak kenyataan itu akibatnya buruk. Bersahabat dan berdamai dengan kenyataan itu yang terbaik.
Butuh proses, butuh waktu untuk berdamai dengan kenyataan yang dirasa pahit? tak ada yang salah. Karena dengan berdamai tak akan ada penolakan di bawah sadar.
Tidak mudah? terasa berat? iya pasti, tetapi mencoba berdamai itu akan membuat hati dan pikiran jadi tenang.
Lebih baik menjalani meskipun itu pahit dibandingkan menolak yang akan berakibat tidak baik, lahir maupun batin.
Lebih baik menjalani meskipun itu pahit dibandingkan menolak yang akan berakibat tidak baik, lahir maupun batin.
Menerima takdir itu akan memudahkan langkah selanjutnya, karena menerima takdir akan membuat hati menjadi tenang.
Aku juga pernah mengalami kekecewaan, penolakan, sakit hati dan sebagainya. Cukup sering. Pernah menyalahkan keadaan. Bahkan tidak legowo (ikhlas), menerima kenyataan. Beruntung ada kesadaran diri bahwa tidakbsemua harap harus terwujudkan. Menerima dengan ikhlas semua ujian dan cobaan akan menguatkan kita.
BalasHapusUjian akan menguatkan, itu kata kuncinay ya mab
HapusBersyukur ada asinan blogger, yang membuat kita saling menguatkan
BalasHapusIay banget kalau itu mah, guyon sana sini
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBuatku hal yang terjadi tidak sesuai kehendakku itu itu semua untuk mendidikku semakin murni sebagai ciptaanNYA dan selalu mengingat bahwa aku hanyalah ciptaan dan percaya pada akhirnya semuanya akan baik.
BalasHapusJika belum baik , maka belum akhi
Kesadaran semacam itu memang harus dipelajari terus ya mba
HapusAku juga pernah nggak bisa menerima sesuatu yang terjadi, bahkan menyalahkan diri sendiri (juga keadaan di sekitar) kenapa hal itu sampai terjadi. Cukup sulit juga melangkah sementara pikiran dan hati kita tertinggal di masa lalu. Tapi sejak kenal dunia menulis, ternyata menulis mampu menyalurkan emosi dan energi negatif. Menulis juga membantu menyembuhkan luka-luka yang ada dalam hidup kita.
BalasHapusIya, menulis bisa menjadi terapi
HapusBenar banget bang... Kuncinya itu iklas dalam menjalani takdir hidup...
BalasHapusPerjalanan hidup yang pait akan kah datang setelah kita menginjak usia dewasa? Soalnya saya masih usia remaja, dan penasaran dengan artikel ini.
BalasHapusTidak juga, etrgantung kiat melihat ujian itu
HapusTuhan tahu yang terbaik buat umatnya, tetap semangat
BalasHapusIya , Tuhan sealu membei yang etrbaik
Hapuspengalaman adalah sebaik2nya guru ya mbak.segala sesuatu ada hikmahnya ya
BalasHapusHai mba, iya semoga kita bisa ambil pelajaran dari berbagai pengalaman
Hapussaya sering kali merasakan pahitnya kehidupan, ketidak berpihakan sehingga merasa tersudut dan sendiri.
BalasHapuspasrah dan iklas akn takdir Allah, belajar menerima ketentuanNya
Belajar menerima ketentuan NYA ya, siip
Hapussaya juga lumayan sering mengalami kepahitan atau hal-hal yang tidak sesuai harapan. terimakasih udah berbagi mbak.. :)
BalasHapusSama-sama, terimakasih juga, saling menguatkan
HapusMarah,kecewa dan juga belum menerima ,,kok bisa ya terjadi padaku ??,lah kenpa aku ??,,muncul berbagai pernyataan sejenis yang membuat diri ini tak bisa berdamai dengan kenyataan ,,,,
BalasHapusyah memang sulit menrima ..butuh waktu yang tak lama pula ,,tapi percyalah :) ,akan ada rencana Tuhan yang indah
Rencana Tuhan selalu lebih indah ya
HapusAntara takut dan bersyukur diberi Amanah dikaruniai anak ABK..saya selalu mencari hikmah dibalik Setiap ujian Allah..meskipun masih sering denial. Thanks for sharing yaa Mbak..semangat yaa Mbak :)
BalasHapus